6281282710674

Profil Kelurahan

Kelurahan Baru di Kecamatan Pasar Rebo,

Jakarta Timur, bukan nama baru. Nama ini telah ada sejak

lama. Peta Hindia-Belanda paruh pertama abad ke-19

mencantumkan nama Baru, tertulis dalam ejaan lama; Baroe,

sebagai permukiman kecil di antara Kalimati dan Cijantung1.

Dalam peta tahun tahun 1925, Baroe – terletak di tepi Sungai

Cijantung – adalah dua blok pemukiman besar yang dikelilingi

persawahan dan perkebunan kelapa2. Terakhir, dalam

Garnizoenskaart Batavia en Omstreken 1934, Baroe berubah

menjadi Kampoengbaroe3.

Ada dua Kampoengbaroe di tepi Sungai Cijantung, yaitu

Kampoengbaroe 8 dan 9. Keterangan di bawah peta menunjukan

keduanya adalah permukiman jarang penduduk dengan rimbun

pohon bambu. Di sebelah timur kedua kampung itu terbentang

sawah-sawah, dengan tanah lapang di tengahnya.

Baroe adalah kata yang disematkan untuk permukiman yang

muncul belakangan di antara kampung-kampung yang lebih dulu

mapan. Kampoengbaroe, atau Kampung Baru, adalah nama yang

digunakan pemukim untuk menyebut entitas tempat tinggalnya.

Tidak ada cerita tentang Baroe atau Kampoengbaroe era

Hindia-Belanda. Perkiraan paling mungkin adalah penduduk

lokal mulai bermukim di Baroe pada paruh pertama abad ke-19.

Tanah partikelir Tandjoeng Oost yang sedemikian luas

membutuhkan banyak pekerja saat dieksploitasi untuk

pertanian berbagai komoditas.

Hutan bambu di lahan tak tergarap menjadi tempat paling

ideal bagi pemukim baru. Ketersediaan bahan bangunan

dominan, berupa bambu, membuat pemukim awal dengan cepat

membangun rumah-rumah. Proses ini bukan tanpa pengawasan

penguasa tanah partikelir.

Seperti pembentukan kampung-kampung penduduk asli di

Ommelanden, pemerintah Hindia-Belanda cenderung tidak

memainkan peran mengontrol arus pemukim baru ke tanah

partikelir. Sebab, tanah partikelir tidak ubahnya negara dalam

negara. Bahkan Andries Teissiere – salah satu tuan tanah

terbesar di Ommelanden – kerap menyebut tanah partikelir

dengan sebutan ‘negara

Tidak ada informasi berapa jumlah penduduk Baroe saat

nama kampung itu masuk dalam peta. Yang lebih menarik adalah

sampai 1925, Baroe masih diidentifikasi sebagai kampung jarang

penduduk. Terakhir, ketika menjadi Kampoengbaroe,

permukiman ini – seperti tergambar di peta tahun 1934 – berupa

hamparan pohon bambu dengan sedikit rumah.

Di era modern, informasi tentang Kelurahan Baru juga

terbilang langka. Berbeda dengan Kelurahan Gedong dan

Kalisari, informasi Kelurahan Baru terbatas pada kode pos dan

batas-batas kelurahan.

Struktur Kelurahan